Setiap manusia ditakdirkan secara
berpasang-pasangan dan wanita terlahir dari rusuk pria yang hilang, itulah yang
selama ini diyakini kebanyakan orang dan juga Saya. Setiap manusia akan
dipertemukan dengan jodohnya masing-masing, namun pada kenyataannya banyak saja
dari wanita ataupun pria yang sampai hari tuanya menghabiskan sisa usia tanpa
memiliki pasangan.
Tulisan Saya kali ini memang
terkesan lebih serius, Saya ingin berbagi pengalaman pribadi yang mungkin dapat
menginspirasi kalian para pembaca, positif negatifnya kalian bisa menilai
sendiri. Atau di antara kalian saat ini yang membaca tulisan Saya sedang mengalami
hal serupa? Saya wanita yang telah berumur namun masih saja hidup sendiri,
tidak memiliki pasangan hidup. Bukan tidak ada yang menyukai, Saya juga pernah
dekat dan menjalin hubungan yang serius dengan beberapa pria di masa lalu dari
pria lokal hingga pria berkulit putih dari negeri barat yang orang kita kenal
dengan istilah “Bule”. Tidak ada yang salah dari diri Saya, itulah yang Saya
yakini hingga saat ini, jika hubungan-hubungan tersebut tidak berjalan lancar hingga
ke pernikahan bukan berarti Saya dan pasangan Saya saat itu hanya bermain-main
saja, bukan berarti karena Saya sangat pemilih atau terlalu cerewet dengan
kriteria2 harus mendapatkan pasangan hidup seperti apa. Keluarga dan
teman-teman terdekat selalu berpikiran bahwa Saya terlalu banyak maunya, sangat
pemilih, dan juga banyak mengatakan Saya bersikap terlalu santai sementara
waktu terus berjalan. Saya berpendapat untuk menjalin hubungan serius itu
harus, namun tidak akan memaksakan jika dalam masa perjalanan hubungan tersebut
akhirnya tidak ditemukan kecocokan, lebih baik tidak daripada memaksakan.
Itulah pendapat Saya. Memang waktunya belium tepat, Tuhan YME belum
memberikannya kepada Saya.
Pada saat kuliah Saya memiliki
beberapa sahabat wanita dan Kami tinggal di satu rumah. Suatu masa Kami
berbincang mengenai cita-cita dan keinginan mengikah di usia berapa, dan pada
saat itu ketika giliran Saya ditanya Saya menjawab ingin menikah di usia 27
tahun. Seingat Saya tidak ada alasan khusus, hanya menganggap usia 27 tahun sudah
sangat pas bagi seorang wanita hidup berumah tangga, mungkin karir sudah mulai
mapan dan secara mentalpun sudah siap. Pada usia 25 tahun Saya diajak menikah oleh
seorang teman berkebangsaan Jerman yang tidak pernah menjalin hubungan pacaran
dengan Saya, hanya sebatas pertemanan saja namun Saya tolak karena salah satu
alasannya ( di antara banyak alasan lainnya) pada saat itu kuliah Saya sedang
molor dan skripsi belum terselesaikan. Pada usia 29 tahun Saya kembali diajak
menikah oleh pria yang sedang dekat dengan Saya saat itu, Sayapun lagi-lagi menolak karena masih merasa
belum siap. Jawaban Saya tentang keinginan menikah di usia 27 tahun saat itu
sepertinya benar-benar terlupakan. Waktu terus berjalan hingga saat ini usai
Saya telah memasuki usia 41 tahun. Namun di usia yang sudah banyak ini dan
status Saya masih sendipun masih ada
saja teman yang berkomentar bahwa iri dengan Saya yang masih sendiri tidak ada
aturan dari pasangan harus begini, begitu, mau jalan kemana-mana tinggal pergi,
bebas memutuskan semuanya sendiri, memiliki kebebasan seutuhnya. Mungkin mereka
yang telah memiliki pasangan sedang jenuh dan sedang mengingat indahnya dan
enaknya masa-masa waktu sendiri dulu, bagaimana dengan Saya yang terkadang juga
merasa ingin memiliki pasangan untuk tempat berbagi kegembiraan dan kegundahan?
Pegantar artikel ini sepertinya
terlalu panjang :) Sesuai
judul di atas, Saya ingin merangkum pendapat pribadi juga teman-teman yang
masih sendiri dan teman-teman atau berapa kolega yang telah menikah.
Photo Credit: Google
Enaknya Menjadi Bujangan karena
hidup bisa lebih mandiri, apapun dapat diputuskan sendiri, bahagia atau
tidaknya tidak tergantung dengan orang lain dalam hal ini pasangan hidup, pulang
kerja ingin langsung nonton film bioskop atau langsung berolahraga dan pulang
telat ke rumah akan baik-baik saja, tidak ada yang mengomeli karena pulang
lebih lama dari pasangan (karena Saya seorang wanita jadi Saya memposisikan diri
seperti kondisi Saya sebenarnya), hari libur mau mandi, mau beres2 atau tidak,
mau terus bermalas-malasan sampai sore hari tidak akan ada yang komplen,
intinya dunia serasa milik sendiri, dan kebahagiaanmu hanya kita yang memutuskan.
Tidak enaknya tentu juga dengan porsi yang sama, atau kurang lebih Kita sendiri
yang mengetahuinya, menurut pembaca A dan B bisa saja berbeda. Tidak enaknya
ketika kita merasa ingin berbagi cerita baik itu kesuksesan dalam karir ataupun
masalah-masalah di pekerjaan yang kita hadapi namun tidak dapat memberitahukan
kepada orang tua atau saudara karena tidak ingin membuat mereka khawatir, jika
kita sakit dan jauh dari orang tua maupun sodara tidak ada yang memperhatikan
kita, dan tentu saja masih banyak rasa tidak enak lainnya, terlebih lagi jika
usia semakin beranjak senja dan sakit-sakitan tidak memiliki pasangan dan
keturunan untuk menjaga kita.
Sebaliknya, enaknya telah
memiliki pasangan bagi kebanyakan orang yang telah menikah dan hidup mereka
harmonis pulang dari pekerjaan menuju rumah dengan keceriaan karena mengingat
ada anggota keluarga suami/isrti dan anak menunggu kedatangan kita. Ketika
waktu libur dapat bertamasya bersama-sama, ketika sedang memiliki masalah dapat
meminta pendapat untuk solusi terbaik, dan masih banyak hal positif lainnya
yang dirasakan oleh wanita/pria yang telah menikah & berkeluarga. Namun
kebanyakan dari mereka juga mengeluh kemungkinan karena usia pernikahan
berjalan lama masing-masing individu mulai merasa jenuh dengan aturan-aturan
yang ditetapkan bersama di dalam rumah tangga mereka, dari hal sepele mengenai
jam pulang ke rumah terlambat sehingga makan malam bersama tidak sempat,
pasangan yang mulai suka cemburu dan mengatur, mengenai pembagian tugas di
rumah apa dikerjakan oleh siapa, dsb.
Kembali lagi, manusia selalu
merasa kekurangan, yang jomblo ingin menikah, yang menikah kadang merindukan
masa-masa kesendirian dulu merindukan kebebasan. Itulah hidup manusia yang
kebanyakan dijalani tanpa rasa bersyukur, manusiawi, karena manusia memang tempatnya
salah dan khilaf. Nah, buat yang masih jomblo seperti Saya mudahan diberikan
pasangan terbaik segera, cocok dalam segala hal, jangan menyerah dan terus
berusaha, pasangan pasti juga sedang menunggu kita J Dan buat yang telah memilik
pasangan teruslah memperkokoh hubungan, sediakan waktu lebih banyak untuk
bersama, saling terbuka. Mohon maaf jika tulisan kali ini kurang berkenan,
banyak memiliki kekurangan. Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment